widget

Sekarung rumput demi sepucuk harapan

Oleh : Mahasiswa disimpang jalan

‌Angin malam berhembus manja meraba tubuh lelahku membuat bulu kudukku berdiri tegak setegak keadilan dalam susunan pasal Undang-Undang, ditemani sang rembulan yang menampakkan senyumnya di hiasi dengan cengingisanya ribuan bintang, dengan santainya saya menikmati secangkir kopi dan sebatang tembakau yang saya anggap sebagai alat teropong masa depan, hati saya bergumam

"sungguh kejam kehidupan ini".
Baru selesai mulut ini bergumam membayangkan indahnya masa depan yang terangkai dalam hayalan ehh... tiba-tiba ada anak muda yang menghampiriku tanpa basa-basi ku langsung melontarkan pertanyaan
"he siapa namamu....?"
"Namaku Kenterek" jawabnya dengan logat yang menunjukan hidupnya penuh perjuangan, 
"Kenapa raut mukamu begitu kasut....?" tanyaku yang ingin mengetahui tentang latar belakang anak itu. 
"Saya sangat lelah menjalani kehidupan ini", katanya yang hanya menyisakan secuil harapan. Tanpa saya minta anak muda yang bernama kenterek tadi mencurahkan keluh kesahnya yang sedang di hadapi. Langsung saja karena panggung sandiwara sudah siap dari tadi. panggil saja Kenterek sapaan kesehariannya entah apa alasannya dia di panggil dengan nama yang bisa dibilang lucu. Dia adalah seorang anak petani kecil yg keseharianya cari rumput untuk menghidupi hewan ternaknya. Meskipun ia hanya seorang anak petani kecil yang kedua orang tuanya tetap bersikeras untuk mewujudkan pendidikan yg layak bagi anaknya. Karena orang tuanya sadar bahwa hanya dengan pendidikan kebodohan diberantas dan perekonomian bisa didongkrak. itu adalah wejangan dari orang tuanya yang ia anggap sebagai suatu hal yg sangat berharga dalam kehidupannya dan patut untuk di syukuri. Dia kuliah di salah satu institusi yang ada di daerahnya, ketidak puasanya akan wawasan yang didapat dari bangku kelas menuntut dirinya untuk berkelana dalam berbagai organisasi kemahasiswaan yang berada dikampus, bagi dirinya organisasi adalah wadah untuk berdialektika, wadah untuk penunjang wawasan di luar bangku kelas  dan wadah kesadaran untuk menumbuhkan rasa kepekaan sosialnya terhadap lingkungan. karena tidak dapat di pungkiri, bahwa hal tersebut suatu tertera darlam Tri Dharma perguruan tinggi, tapi sangat di sayangkan di kampusnya kurang adanya perhatian dari pihak yg berwenang untuk kebebasan dalam berorganisasi bahkan bahkan hak hak yang menjadikan orientasi mahasiswa untuk belajar menjadi sosok agen perubahan jarang diindahkan. Yang menjadi pertanyaan apakah seorang mahasiswa harus di bungkus sedemikian rupa.?, ditambah lagi kontrak belajar selama ini yang sedang di lakoninya tidak sesuai apa yang diharapkan dan dia merasa dirugikan bahkan kebanyakan teman-temannya juga merasakannya, bagaimana tidak kami dituntut mati-matian untuk membayar kontrak belajar namun kami tidak mendapatkan kelayakan pendidikan yang mapan. 

"Harus sampai kapan pendidikan disini terus seperti ini.?," gumamnya.
Dengan penuh perhatian dalam relung hati kecilku berdoa semoga sepucuk harapan yang kamu idam-idamkan mampu terwujud dan semoga hak kamu terpenuhi nak layaknnya kau memenuhi kewajibanmu.

Jika hak selalu diberangus dan kewajiban selalu di gencar-gencarkan maka di situlah akan menimbulkan malapetaka


Editor : Tim Redaksi 


Tulisan Terkait

Post a Comment


Ikuti kami untuk menerima berita dari kami