widget

Mahasiswa "Saatnya kau Bangun dari Tidur Lelapmu"


Malam yang semakin dingin dengan hembusan angin yang menusuk sampai tulang-tulangku, yang memaksaku mengais selimut untuk kupakai sebagi penghangat tidur. ditambah mata yang cahayanya sudah tinggal beberapa watt. Pertanda tidur adalah jawaban terindah untuk bertemu dengan mimpiku.

Namun kudengar suara notifikasi dari benda kecil yang mampu memperdekat jarak yang terbentang jauh. Ku kira ini adalah pesan dri ughtea yang sudah menungguku untuk bisa bertemu di dunia mimpi yang indah meski ia tak nyata. Namun setelah kulihat benda itu ternyata ada sebuah pesan masuk dri email teman sekampus, yang berisi "Kenapa ya pemira tahun ini kok sepi ya, kira kira apa yang terjadi.?". Hal ini seolah membuat isi pikiran diotakku seolah berhenti pada satu poros. Jllleeb

Baru berapa hari yang lalu pertanyaan itu aku tulis dalam postingan di website LPM, dan masih belum kutemukan jawabannya, ehh sekarang udah ada yang bertanya seperti itu. Hal ini memaksa otakku yang sudah siap istirahat dengan hiburan mimpi  yang terkumpul dari beberapa titik imajinasi kembali berfikir pada hal yang sulit ku jawab. Tapi tak apa karena aku pernah mendengar kata yang dicetuskan oleh filsuf "Aku berfikir maka aku ada". Kata itu seolah menjadi dopiing bagiku untuk memikirkan jawaban atas pertanyaan tadi. 

Sebagai salah satu dari anggota pers di kampus mengajukan pertanyaan kepada mahasiswa tentang beberapa hal yang baru pasti sudah menjadi kebiasaan bagiku. Dan belakangan ini pertanyaan yang sering ku ajukan adalah "kenapa organisasi kampus nggak se aktif dulu.?" disini aku menemukan dua jawaban yang berbeda antara efek dari pihak birokrasi kampus yang seolah tak peduli dengan mereka(ORMAW)  dan mahasiswa yang sudah tak peduli dengan organisasi dan kegiatan kemahasiswaan lainnya.

Kita kupas jawaban yang pertama. pihak birokrasi kampus yang seolah tak peduli dengan organisasi kemahasiswaan (ORMAWA), hal ini mengatakanku akan beberapa hal yang sudah ku alami beberapa tahun yang lalu. Saat rapat rencana membuat acara besar (Dies Natalis) pada tahun 2018 lalu dimana semua anggota rapat sudah bertekat bulat untuk mengadakan acara megah dengan rangkaian acara panjang lebar dan terkonsep matang, namun terpaksa dibatalkan karena alokasi dana yang tak sesuai ekspektasi.

Tak berhenti disitu saja dilihat dari beberapa kegiatan yang seharusnya menjadi ranahnya mahasiswa, karena disitulah mahasiswa mampu menunjukkan peran dan tanggung jawabnya sebagai cadangan pemimpin masa depan (iron stok). Tapi hal itu berbanding terbalik dengan apa yang seharusnya terjadi di lingkungan kampus, kegiatan yang menjadi ranah mahasiswa sebagai dalang dibalik semua kegiatan tapi malah kegiatan berbau kemahasiswaan diborong oleh dosen, apa kurang puas dosen dikasih tugas mengajar mahasiswa, kok sampai mengambil hak-hak yang seharusnya menjadi implementasi dari peran leadership (BEM), atau dulu beliau beliau belum pernah merasakan menjadi panitia kegiatan disaat masih menjadi mahasiswa.?

Diriku sampai dibuat bosan melihat keegoisan dosen yang semakin memepersempit ruang gerak mahasiswa, kok tega ya mereka. Kembali keulasan sejarah dengan segala kebenarannya yang harus disampaikan meskipun pahit sekalipun.

Mundur satu tahun dimana saat itu kegiatan pengenalan budaya akademik kampus (PBAK) dimana disitu dapat kulihat ruang gerak mahasiswa sudah sangatlah sempit. Hal ini dapat disimpulkan lantaran disaat rapat kerja panitia (dosen dan mahasiswa) aspirasi mahasiswa yang condong kepada kesejahteraan dan kemeriahan acara justru malah ditolak atas keegoisan dan kekuasaannya.

Mungkin hal itu lah yang membuat mahasiswa ogah meramaikan pesta demokrasi tahun (PEMIRA), toh seandainya diperjuangkan buat apa?, kalau ruang gerak gak ada dan keberadaannya tak diindahkan oleh mereka. Padahal kampus ini lagi butuh butuhnya mahasiswa idaman bukan hanya karena prestasinya tapi kepekaan pada keadaan lingkungan sosial meskipun hanya lingkungan kampus.

Tulisan Terkait

Post a Comment


Ikuti kami untuk menerima berita dari kami