widget

Dendam DEWI SRI Siluman Ular yang Malang

Pada zaman dahulu ada kisah seorang siluman ular yang sangat cantik jelita bernama Dewi Sri, tepatnya di Dusun Krasaan, Desa Kumpulrejo, Kecamatan Parengan, Kabupaten Tuban. Konon katanya hiduplah seorang siluman ular yang berkeliaran di jalan sekitar  lokasi dibunuhnya ular itu.


Ilustrasi Siluman Ular
Ilustrasi Siluman Ular

Suatu ketika ada sepasang suami istri yang baru pulang dari kondangan hajatan nikahan, dan sepasang suami istri tersebut bertemu dengan ular itu yang bernama Dewi Sri.

“Wah, ada ular.. bagaimana kalau kita membunuh ular ini saja bu?” Ujar suaminya

Si istri lalu menambahi “Iya daripada mengganggu orang lewat saja”.

“Iya bu, nanti malah meresahkan warga sekitar sini”.

“Tolong jangan bunuh aku, aku tidak akan mengganggu kalian, aku hanya ingin lewat saja, sama seperti kalian.”

“Tolonglah wahai manusia, jangan bunuh aku, aku masih ingin hidup seperti kalian berdua”. Ujar Dewi Sri si Siluman ular.

☆☆☆

Namun, kedua pasangan suami tersebut tetap saja ingin membunuh ular itu, dengan alasan akan mengganggu warga sekitar jika dibiarkan hidup nantinya. 

Dan naas, akhirnya meninggal juga ular itu karena ulah manusia itu (pasutri). Kemudian setelah ular itu dibunuh, lalu sepasang suami istri itu mengubur ular tersebut di tempat kejadian itu.

Setelah membunuh ular tersebut sepasang suami istri itu penasaran dengan ular itu.

Istri :“Aku masih merasa heran pak, kenapa ada ular yang sangat panjang sampai panjangnya melebihi lebar jalan raya ya?”.

Suami :“Bagaimana kalau kita membongkar kuburan ular itu saja buk, daripada kita penasaran dengan ular itu”.

Lalu, di bongkarlah kuburan si ular itu oleh masyarakat sekitar karena diyakini bahwa itu ialah ular siluman, bukan ular biasa, yang nantinya akan membawa malapetaka bagi Desa Kumpulrejo ini. 

Dan ternyata, ular itu tidak ada di dalam kuburannya tersebut. Entah kemana arah ular itu, padahal dia benar-benar sudah mati dibunuh oleh sepasang suami istri itu. Dan waktu pembongkaran kuburan itu baru saja si ular itu dikubur oleh sang pembunuh, tetapi kenapa tidak ada ularnya ya?..

“Ini benar-benar aneh buk, kenapa ularnya tidak ada padahal baru sehari kita menguburnya di tempat ini” (ujar suaminya)

“Iya pak, kalau toh ular itu sudah dimakan serangga, pastilah masih tersisa bangkainya”. (sahut istrinya)

Lalu sepasang suami istri tersebut itu mengelak kepada si siluman ular bahwa dirinya bukanlah orang yang membunuh ular itu, tetapi dilemparkanlah tuduhan itu kepada seorang pengembala kerbau.

☆☆☆

Dan suatu ketika disaat setiap ada pengembala kerbau di sawah manapun sekitar Dusun Krasaan itu, pengembala kerbau mendadak sakit parah pada keesokan harinya, dan sorenya langsung meninggal. Kejadian itu tidak hanya terjadi pada satu pengembala saja, tetapi, naasnya pengembala kerbau itu meninggal terus sampai 44 pengembala.

Akhirnya, dicarikanlah paranormal untuk mencari solusi atas permasalahan tersebut.

“Kenapa desa kita kok terjadi musibah seperti ini?” ujar salah satu penduduk.

“Iya, ya.. apa penyebab malapetaka ini?” sahut penduduk lainnya.

“Mungkin karena si siluman ular itu murka karena si pengembala kerbau membunuhnya, dan jadilah akhirnya terjadi musibah seperti sekarang ini, 44 pengembala kerbau meninggal”…

Lalu setelah mendengar kata dari si paranormal itu caranya ialah dengan cara sedekah bumi, atau dalam bahasa jawanya adalah manganan. Manganan atau sedekah bumi adalah sesuatu hal yang berkaitan dengan harta kekayaannya, seperti; hasil panen padi, jagung, maupun gandum, dengan tujuan untuk mensyukuri nikmat yang diberikan oleh Allah SWT.

Tidak hanya dengan sedekah bumi saja, melainkan harus dengan diiringi kesenian dari jawa timur yaitu langen tayub. Langen tayub adalah adalah sebuah tarian pergaulan yang disajikan dalam rangka menjalin hubungan sosial masyarakat dalam kesetaraan, langen tayub ini dibawakan oleh rombongan kesenian daerah dari Tuban, Jawa Timur.

Dan yang menari atau dalam bahasa jawanya ialah “mbeso” di hiburan langen tayub tersebut adalah pengembala kerbau, sapi, dan kambinglah yang mbeso di sedekah bumi itu, karena ini adalah juga agar menolak bala’ untuk setiap pengembala. Dan pengembala itu diibaratkan sebagai pengantinnya.

Dan akhirnya, setiap tahun diadakanlah acara sedekah bumi atau manganan  ini diiringi dengan kesenian langen tayub. Dan sampai sekarang amanlah desa ini dari malapetaka.

☆☆☆

Pesan Moral: Janganlah seperti cerita diatas yang membunuh ular tersebut padahal tidak mengganggu, karena ular itu juga makhluk hidup seperti manusia, walaupun tidak dikaruniai akal dan beranilah bertanggung jawab atas perbuatan yang kamu lakukan. Dan janganlah menuduh orang lain yang jelas-jelas tidak melakukan hal tersebut.


Penulis: Cholisatul Choiroh
Editor: Ali Imron

 

 

 

 

Tulisan Terkait

Post a Comment


Ikuti kami untuk menerima berita dari kami