widget

Muak dengan Kehidupan


Semilir angin menggoyangkan ilalang di tepian jalan.Menebar kesejukan pagi yang
dirindukan setiap insan dan berbagi kesegaran dengan alam.Jalan setapak yang kulewati masih
lengang,masih sedikit orang orang yang berlalu lalang. Kebanyakan dari mereka adalah warga
yang hendak pergi ke sawah. Ada pula yang membawa dagangannya ke pasar. Aku sama sekali
tidak menghiraukan mereka karena tidak ada satupun dari mereka yang kukenal.
Aku sengaja datang ke desa ini untuk menjumpai teman masa kecilku. Namaku Syifa,
dulu aku pernah tinggal di desa ini, dan selama tinggal disini Rani sahabat kecilku selalu
menemaniku. Kami bahkan sudah seperti anak kembar yang selalu bersama sama. Setiap
berangkat sekolah Rani selalu menghampiriku,dia pasti memanggil namaku dari pintu samping
karena setiap Rani datang menjemput, aku masih makan.Aku tidak bisa naik sepeda saat
itu,sehingga aku selalu dibonceng oleh Rani.Jika dia tidak menjemputku,maka kakek yang
mengantarkanku ke sekolah. Aku tinggal di desa ini bersama kakek dan nenek ku karena kedua
orang tuaku sedang bekerja di luar negeri.

Sejak kakek dan nenek meninggal dalam kecelakaan ketika hendak menghadiri acara
wisuda cucunya yang berada di luar kota,aku diboyong ke Jakarta oleh mama dan papa. Aku
membayangkan hidup bersama orang tuaku yang serba berkecukupan di tengah tengah kota
besar sangat menyenangkan,apalagi aku anak tunggal yang pastinya akan dimanja karena seluruh
perhatian mama dan papa hanya tercurah untukku ternyata salah besar.Semua sama sekali tidak
seperti dengan apa yang kubayangkan. Aku bahkan tidak menemukan satupun kebahagiaan
disana.Episode pertengkaran mama dan papa seakan tiada habisnya.
Dan akhirnya hari itu pun tiba,Perceraian mama dan papa berjalan dengan lancar. Mereka
berpisah tanpa memikirkan bagaimana perasaanku.Waktu itu aku sudah cukup dewasa untuk
mengetahui konflik yang memicu pertengkaran mama dan papa. Sebenarnya hanya masalah
sepele namun tidak ada yang mau mengalah dari keduanya sehingga berujung tragis di
pengadilan.Aku mulai membenci semuanya. Bahkan aku pergi dari rumah.Aku bosan dengan
kehidupaku. Aku bosan melihat papa dan mama yang hanya mementingkan pekerjaan mereka
tanpa sedikit pun menoleh kearahku.Aku bosan hidup sendiri yang hanya ditemani sunyi entah
itu dirumah mama ataupun dirumah papa.

Selama tiga hari aku hidup dalam kebebasan. Aku bebas pergi kemanapun yang kumau
tanpa harus mendengar teriakan mama dan suara papa. Namun hal itu tidak berlangsung lama
karena aku berhasil diseret pulang oleh orang suruhan papa. Dan betapa terkejutnya aku saat
melihat fotoku telah terpampang di berbagia tempat dengan tulisan “DICARI ORANG
HILANG” yang dicetak tebal tepat dibawah fotoku.

Sejak saat itu aku semakin memberontak.Aku semakin jarang pulang,kebebasan itu
semakin menjadi jadi.Bosan dengan hidup yang kujalani menjadikanku seorang gadis yang tak
punya arah. Hingga akhirnya aku teringat pada sahabat kecilku yang dulu selalu
menyemangatiku dan memberi jalan keluar untuk menyelesaikan semua maasalahku.
Aku pernah terjun dari atas jembatan karena merasa sudah berada di titik terendah
,namun usahaku ini gagal,nyatanya Tuhan masih memberiku kehidupan. Aku bahkan heran
dengan Tuhan yang masih memberiku kehidupan padahal aku sangat muak dengan
hidupku,sedangkan orang lain yang sangat menginginkan untuk terus hidup malah diambil
nyawanya. Cara kerja Tuhan memang tidak bisa ditebak.

Karena kejadian itu akhirnya aku dikurung di rumah oleh papa.Namun aku tidak
kehabisan akal,aku berhasil kabur tanpa spengetahuan siapapun. Aku segera pergi ke desa
kakekku. Disana aku segera mencari Rani. Aku terus mencari meskipun aku tidak tahu ada
dimana dia saat ini.

Saat aku sampai dipematang sawah yang dulu selalu menjadi tempat favoritku dan Rani
untuk merajut impian, seseorang menabrakku. Aku tidak begitu mengenalnya,wajahnya tampak
asing,namun dia mengingatkanku pada seseorang.
“Syifa…?” Ucap gadis itu menyebut namaku seraya memastikan
“”Dengan siapa ya?”Tanyaku mencoba mengingat ingat siapa gadis yang saat ini masih
berdiri di depanku.
“Betul Syifa kan?”Tanya gadis itu memastika dugaannya
“Iya, Saya Syifa”
Gadis itu langsung memelukku. Aku masih diam dan heran
“Akhirnya kamu kembali Syfa,aku sangat merindukanmu. Kenapa kamu tidak pernah
datang kesini. Tiap sore aku selalu datang ke sini berharap agar kau kembali lagi dan kita
bersama sama merangkai mimpi seperti dulu.”Ucap gadis itu dengan suara yang semakin serak.
Aku baru sadar bahwa dia adalah orang yang kucari,dia adalah sahabat kecilku,Rani.
“Aku juga sangat merindukanmu Rani,maafkan aku karena selama ini tidak pernah
mendatangimu,ceritanya panjang sekali.”

Oleh ; Aldiyanah
HKI' 17

Tulisan Terkait

Post a Comment


Ikuti kami untuk menerima berita dari kami